Pandemi
corona (Covid-19) yang melanda Indonesia beberapa waktu terakhir cukup
berdampak pada surutnya aktivitas ekonomi Indonesia.Seluruh sektor
industri dan bisnis pun terkena dampak, termasuk sektor properti.
Padahal, mengutip Kompas.com, Rabu (25/3/2020), sejak Oktober 2019 lalu,
sektor properti sedang mengalami peningkatan setelah terjadi
perlambatan selama tiga tahun terakhir.
Namun, perlahan sektor properti mulai kembali bergairah. Saat ini sektor properti sudah mulai beradaptasi dengan
keadaan pasar di masa pandemi corona.
Keseimbangan, dan Sinyal Kebangkitan Properti Contohnya, di bisnis
secondary property atau penjualan properti bekas. Banyak properti mulai
terjual, meskipun dengan harga yang terkoreksi 20-30 persen di bawah
harga normal. Capaian-capaian tersebut menandakan masih ada optimisme
serta peluang-peluang baru untuk sektor properti.
Penulis Anissa Dea
Widiarini
| Editor Agung Dwi E
KOMPAS.com – Pandemi corona (Covid-19) yang melanda Indonesia beberapa
waktu terakhir cukup berdampak pada surutnya aktivitas ekonomi
Indonesia.
Seluruh sektor industri dan bisnis pun terkena dampak, termasuk sektor
properti. Padahal, mengutip Kompas.com, Rabu (25/3/2020), sejak Oktober
2019 lalu, sektor properti sedang mengalami peningkatan setelah terjadi
perlambatan selama tiga tahun terakhir.
Pukulan telak pandemi corona terhadap bisnis properti tersebut pun
diakui oleh Associate Executive Director Century 21 Indonesia, Daniel
Handojo.
“Saya rasa semua industri terkena dampaknya, bukan cuma properti. Tapi,
properti termasuk yang cukup cepat terkena dampak dari masuknya pandemi
corona di Indonesia,” kata Daniel melalui sambungan telepon, Selasa
(2/6/2020).
Akibatnya, selama kurang lebih satu bulan hampir semua aktivitas sektor
properti terganggu. Bahkan, broker dan agen- agen properti harus bekerja
ekstra keras.
Namun, perlahan sektor properti mulai kembali bergairah. Daniel
mengungkapkan, saat ini sektor properti sudah mulai beradaptasi dengan
keadaan pasar di masa pandemi corona.
Baca juga: New Normal, Keseimbangan, dan Sinyal Kebangkitan Properti
Contohnya, di bisnis secondary property atau penjualan properti bekas.
Banyak properti mulai terjual, meskipun dengan harga yang terkoreksi
20-30 persen di bawah harga normal.
Begitu juga dengan bisnis properti primer. Daniel melihat, selama satu
bulan terakhir, para pengembang properti sudah mulai berbisnis dengan
cukup agresif.
“Mereka juga sudah mulai membuat produk-produk yang memang masih
dibutuhkan oleh konsumen saat ini, seperti rumah siap huni,” paparnya.
PT Ciputra Residence, misalnya. Melansir Kompas.com, Minggu (10/5/2020),
di tengah pandemi Covid-19, Ciputra mampu menjual produk baru dengan
total nilai Rp 55 miliar dalam satu hari.
Bahkan, salah satu broker properti di Indonesia, yakni Century 21,
dinobatkan sebagai Best Real Estate Agency 2020 dari Intenational
Property Awards di tengah masa pandemi Covid-19.
Capaian-capaian tersebut menandakan masih ada optimisme serta
peluang-peluang baru untuk sektor properti.
Kunci beradaptasi selama pandemi
Akan tetapi, selain mendatangkan peluang, kondisi pandemi saat ini juga
memunculkan berbagai tantangan baru.
Daniel menjelaskan, tantangan pertama di masa pandemi adalah soal
produk. Menurutnya, developer harus lebih matang saat merencanakan
produknya. Target pasar harus jelas dan produknya bisa menjawab
kebutuhan konsumen.
Selama ini, papar Daniel, banyak developer yang menyasar investor besar
sebagai konsumennya. Dalam hal ini, investor tersebut merupakan konsumen
dengan investasi jangka pendek. Artinya, setelah dibeli, properti akan
dijual kembali untuk mendapatkan untung.
“Sayangnya, properti itu sebenarnya bentuk investasi jangka panjang.
Tidak bisa untuk jangka pendek saja. Akibatnya terjadi oversupply.
Banyak properti kosong yang tidak bisa disewakan. Kalau sudah begitu,
harga jual kembalinya juga pasti akan turun,” ucapnya.
Baca juga: Masa Pandemi Virus, Momentum Emas bagi Millennial untuk Beli
Properti
Tantangan selanjutnya, yakni pemasaran. Sebab, Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB) yang diterapkan berbagai daerah di Indonesia
membuat kegiatan masyarakat di luar rumah menjadi terbatas.
Hal itu pun memengaruhi cara kerja agen-agen properti. Jika biasanya
aktivitas pemasaran dilakukan secara konvensional, seperti visit show
unit rumah, selama PSBB kegiatan itu tidak bisa lagi dilakukan.
Ilustrasi pemasaran properti secara daring
Lihat Foto
Ilustrasi pemasaran properti secara daring(VECTORFUSIONART)
Menurut Daniel, kondisi tersebut kemudian menuntut para agen untuk
berinovasi dan lebih kreatif dalam melakukan pemasaran. Agen-agen
properti mau tidak mau harus mengubah sistem kerja mereka.
Untuk menjawab tantangan tersebut, Century 21 bergerak cepat dengan
mengedukasi agen-agennya terkait sistem kerja yang cocok selama masa
PSBB.
“Saat awal pandemi corona, di mana permintaan pasar mengalami penurunan,
Century 21 justru memanfaatkannya untuk memberikan edukasi kepada
agen,” terang Daniel.
Materi-materi yang diberikan, yakni pemasaran secara daring,
mempromosikan diri di media sosial, hingga beriklan di portal properti.
Jadi, kata Daniel, ketika ekonomi sudah mulai berjalan lagi, para agen
bisa langsung memulai pekerjaan mereka.
Memanfaatkan teknologi
Tidak hanya pelatihan, Century 21 juga membekali agen-agennya dengan
aplikasi One21. Aplikasi ini merupakan sistem operasi terintegrasi yang
dikembangkan khusus untuk para agen properti Century 21.
Daniel mengungkapkan, aplikasi tersebut ibarat sebuah kantor dengan
puluhan hingga ratusan agen yang bernanung di bawahnya. Melalui aplikasi
tersebut, para agen bisa saling mengakses daftar properti (listing) dan
berkolaborasi.
“Setiap ada listing properti baru, otomatis akan diperbarui secara real
time, sehingga teman-teman dalam satu kantor akan punya akses ke listing
itu. Istilahnya satu listing ‘dikeroyokin’ sama teman sekantor,”
terangnya.
Dengan begitu, peluang closing bisa meningkat hingga 5 kali lipat
dibandingkan dengan menggunakan cara konvensional.
Daniel menambahkan, di masa PSBB saat ini pun, aplikasi tersebut akan
sangat membantu pekerjaan agen. Mereka tetap bisa melakukan pekerjaan,
tanpa harus pergi ke kantor.
Di masa pandemi corona, Century 21 pun menyadari banyak masyarakat yang
terpaksa harus kehilangan pekerjaannya. Oleh karena itu, Century 21
membuka kesempatan sebesar-besarnya bagi siapa saja untuk bergabung dan
memulai usaha pemasaran properti.
Nantinya, agen-agen yang baru bergabung akan diberikan pelatihan secara
cuma-cuma dan dilengkapi pula dengan aplikasi One21.
Manfaat lain yang akan didapatkan, yaitu perlindungan berupa dana
pensiun dan asuransi jiwa bagi setiap agen dengan nilai pertanggungan
hingga Rp 1 miliar yang dapat diwariskan kepada keluarganya.
“Kami menyadari, profesi agen properti merupakan pekerjaan profesional
yang memiliki risiko. Selain itu, jika terjadi suatu hal pada agen,
bisnisnya tidak bisa dengan mudah diwariskan ke keluarganya. Risiko
itulah yang ingin kami minimalisir,” papar Daniel.
Artikel ini telah tayang di
Kompas.com dengan judul "Optimisme Bisnis Properti di Tengah Gempuran Wabah Covid-19",
https://properti.kompas.com/read/2020/06/10/070800221/optimisme-bisnis-properti-di-tengah-gempuran-wabah-covid-19.
Penulis : Anissa Dea Widiarini
Editor : Agung Dwi E
Penulis Anissa Dea
Widiarini
| Editor Agung Dwi E
KOMPAS.com – Pandemi corona (Covid-19) yang melanda Indonesia beberapa
waktu terakhir cukup berdampak pada surutnya aktivitas ekonomi
Indonesia.
Seluruh sektor industri dan bisnis pun terkena dampak, termasuk sektor
properti. Padahal, mengutip Kompas.com, Rabu (25/3/2020), sejak Oktober
2019 lalu, sektor properti sedang mengalami peningkatan setelah terjadi
perlambatan selama tiga tahun terakhir.
Pukulan telak pandemi corona terhadap bisnis properti tersebut pun
diakui oleh Associate Executive Director Century 21 Indonesia, Daniel
Handojo.
“Saya rasa semua industri terkena dampaknya, bukan cuma properti. Tapi,
properti termasuk yang cukup cepat terkena dampak dari masuknya pandemi
corona di Indonesia,” kata Daniel melalui sambungan telepon, Selasa
(2/6/2020).
Akibatnya, selama kurang lebih satu bulan hampir semua aktivitas sektor
properti terganggu. Bahkan, broker dan agen- agen properti harus bekerja
ekstra keras.
Namun, perlahan sektor properti mulai kembali bergairah. Daniel
mengungkapkan, saat ini sektor properti sudah mulai beradaptasi dengan
keadaan pasar di masa pandemi corona.
Baca juga: New Normal, Keseimbangan, dan Sinyal Kebangkitan Properti
Contohnya, di bisnis secondary property atau penjualan properti bekas.
Banyak properti mulai terjual, meskipun dengan harga yang terkoreksi
20-30 persen di bawah harga normal.
Begitu juga dengan bisnis properti primer. Daniel melihat, selama satu
bulan terakhir, para pengembang properti sudah mulai berbisnis dengan
cukup agresif.
“Mereka juga sudah mulai membuat produk-produk yang memang masih
dibutuhkan oleh konsumen saat ini, seperti rumah siap huni,” paparnya.
PT Ciputra Residence, misalnya. Melansir Kompas.com, Minggu (10/5/2020),
di tengah pandemi Covid-19, Ciputra mampu menjual produk baru dengan
total nilai Rp 55 miliar dalam satu hari.
Bahkan, salah satu broker properti di Indonesia, yakni Century 21,
dinobatkan sebagai Best Real Estate Agency 2020 dari Intenational
Property Awards di tengah masa pandemi Covid-19.
Capaian-capaian tersebut menandakan masih ada optimisme serta
peluang-peluang baru untuk sektor properti.
Kunci beradaptasi selama pandemi
Akan tetapi, selain mendatangkan peluang, kondisi pandemi saat ini juga
memunculkan berbagai tantangan baru.
Daniel menjelaskan, tantangan pertama di masa pandemi adalah soal
produk. Menurutnya, developer harus lebih matang saat merencanakan
produknya. Target pasar harus jelas dan produknya bisa menjawab
kebutuhan konsumen.
Selama ini, papar Daniel, banyak developer yang menyasar investor besar
sebagai konsumennya. Dalam hal ini, investor tersebut merupakan konsumen
dengan investasi jangka pendek. Artinya, setelah dibeli, properti akan
dijual kembali untuk mendapatkan untung.
“Sayangnya, properti itu sebenarnya bentuk investasi jangka panjang.
Tidak bisa untuk jangka pendek saja. Akibatnya terjadi oversupply.
Banyak properti kosong yang tidak bisa disewakan. Kalau sudah begitu,
harga jual kembalinya juga pasti akan turun,” ucapnya.
Baca juga: Masa Pandemi Virus, Momentum Emas bagi Millennial untuk Beli
Properti
Tantangan selanjutnya, yakni pemasaran. Sebab, Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB) yang diterapkan berbagai daerah di Indonesia
membuat kegiatan masyarakat di luar rumah menjadi terbatas.
Hal itu pun memengaruhi cara kerja agen-agen properti. Jika biasanya
aktivitas pemasaran dilakukan secara konvensional, seperti visit show
unit rumah, selama PSBB kegiatan itu tidak bisa lagi dilakukan.
Ilustrasi pemasaran properti secara daring
Lihat Foto
Ilustrasi pemasaran properti secara daring(VECTORFUSIONART)
Menurut Daniel, kondisi tersebut kemudian menuntut para agen untuk
berinovasi dan lebih kreatif dalam melakukan pemasaran. Agen-agen
properti mau tidak mau harus mengubah sistem kerja mereka.
Untuk menjawab tantangan tersebut, Century 21 bergerak cepat dengan
mengedukasi agen-agennya terkait sistem kerja yang cocok selama masa
PSBB.
“Saat awal pandemi corona, di mana permintaan pasar mengalami penurunan,
Century 21 justru memanfaatkannya untuk memberikan edukasi kepada
agen,” terang Daniel.
Materi-materi yang diberikan, yakni pemasaran secara daring,
mempromosikan diri di media sosial, hingga beriklan di portal properti.
Jadi, kata Daniel, ketika ekonomi sudah mulai berjalan lagi, para agen
bisa langsung memulai pekerjaan mereka.
Memanfaatkan teknologi
Tidak hanya pelatihan, Century 21 juga membekali agen-agennya dengan
aplikasi One21. Aplikasi ini merupakan sistem operasi terintegrasi yang
dikembangkan khusus untuk para agen properti Century 21.
Daniel mengungkapkan, aplikasi tersebut ibarat sebuah kantor dengan
puluhan hingga ratusan agen yang bernanung di bawahnya. Melalui aplikasi
tersebut, para agen bisa saling mengakses daftar properti (listing) dan
berkolaborasi.
“Setiap ada listing properti baru, otomatis akan diperbarui secara real
time, sehingga teman-teman dalam satu kantor akan punya akses ke listing
itu. Istilahnya satu listing ‘dikeroyokin’ sama teman sekantor,”
terangnya.
Dengan begitu, peluang closing bisa meningkat hingga 5 kali lipat
dibandingkan dengan menggunakan cara konvensional.
Daniel menambahkan, di masa PSBB saat ini pun, aplikasi tersebut akan
sangat membantu pekerjaan agen. Mereka tetap bisa melakukan pekerjaan,
tanpa harus pergi ke kantor.
Di masa pandemi corona, Century 21 pun menyadari banyak masyarakat yang
terpaksa harus kehilangan pekerjaannya. Oleh karena itu, Century 21
membuka kesempatan sebesar-besarnya bagi siapa saja untuk bergabung dan
memulai usaha pemasaran properti.
Nantinya, agen-agen yang baru bergabung akan diberikan pelatihan secara
cuma-cuma dan dilengkapi pula dengan aplikasi One21.
Manfaat lain yang akan didapatkan, yaitu perlindungan berupa dana
pensiun dan asuransi jiwa bagi setiap agen dengan nilai pertanggungan
hingga Rp 1 miliar yang dapat diwariskan kepada keluarganya.
“Kami menyadari, profesi agen properti merupakan pekerjaan profesional
yang memiliki risiko. Selain itu, jika terjadi suatu hal pada agen,
bisnisnya tidak bisa dengan mudah diwariskan ke keluarganya. Risiko
itulah yang ingin kami minimalisir,” papar Daniel.
Artikel ini telah tayang di
Kompas.com dengan judul "Optimisme Bisnis Properti di Tengah Gempuran Wabah Covid-19",
https://properti.kompas.com/read/2020/06/10/070800221/optimisme-bisnis-properti-di-tengah-gempuran-wabah-covid-19.
Penulis : Anissa Dea Widiarini
Editor : Agung Dwi E
Penulis Anissa Dea
Widiarini
| Editor Agung Dwi E
KOMPAS.com – Pandemi corona (Covid-19) yang melanda Indonesia beberapa
waktu terakhir cukup berdampak pada surutnya aktivitas ekonomi
Indonesia.
Seluruh sektor industri dan bisnis pun terkena dampak, termasuk sektor
properti. Padahal, mengutip Kompas.com, Rabu (25/3/2020), sejak Oktober
2019 lalu, sektor properti sedang mengalami peningkatan setelah terjadi
perlambatan selama tiga tahun terakhir.
Pukulan telak pandemi corona terhadap bisnis properti tersebut pun
diakui oleh Associate Executive Director Century 21 Indonesia, Daniel
Handojo.
“Saya rasa semua industri terkena dampaknya, bukan cuma properti. Tapi,
properti termasuk yang cukup cepat terkena dampak dari masuknya pandemi
corona di Indonesia,” kata Daniel melalui sambungan telepon, Selasa
(2/6/2020).
Akibatnya, selama kurang lebih satu bulan hampir semua aktivitas sektor
properti terganggu. Bahkan, broker dan agen- agen properti harus bekerja
ekstra keras.
Namun, perlahan sektor properti mulai kembali bergairah. Daniel
mengungkapkan, saat ini sektor properti sudah mulai beradaptasi dengan
keadaan pasar di masa pandemi corona.
Baca juga: New Normal, Keseimbangan, dan Sinyal Kebangkitan Properti
Contohnya, di bisnis secondary property atau penjualan properti bekas.
Banyak properti mulai terjual, meskipun dengan harga yang terkoreksi
20-30 persen di bawah harga normal.
Begitu juga dengan bisnis properti primer. Daniel melihat, selama satu
bulan terakhir, para pengembang properti sudah mulai berbisnis dengan
cukup agresif.
“Mereka juga sudah mulai membuat produk-produk yang memang masih
dibutuhkan oleh konsumen saat ini, seperti rumah siap huni,” paparnya.
PT Ciputra Residence, misalnya. Melansir Kompas.com, Minggu (10/5/2020),
di tengah pandemi Covid-19, Ciputra mampu menjual produk baru dengan
total nilai Rp 55 miliar dalam satu hari.
Bahkan, salah satu broker properti di Indonesia, yakni Century 21,
dinobatkan sebagai Best Real Estate Agency 2020 dari Intenational
Property Awards di tengah masa pandemi Covid-19.
Capaian-capaian tersebut menandakan masih ada optimisme serta
peluang-peluang baru untuk sektor properti.
Kunci beradaptasi selama pandemi
Akan tetapi, selain mendatangkan peluang, kondisi pandemi saat ini juga
memunculkan berbagai tantangan baru.
Daniel menjelaskan, tantangan pertama di masa pandemi adalah soal
produk. Menurutnya, developer harus lebih matang saat merencanakan
produknya. Target pasar harus jelas dan produknya bisa menjawab
kebutuhan konsumen.
Selama ini, papar Daniel, banyak developer yang menyasar investor besar
sebagai konsumennya. Dalam hal ini, investor tersebut merupakan konsumen
dengan investasi jangka pendek. Artinya, setelah dibeli, properti akan
dijual kembali untuk mendapatkan untung.
“Sayangnya, properti itu sebenarnya bentuk investasi jangka panjang.
Tidak bisa untuk jangka pendek saja. Akibatnya terjadi oversupply.
Banyak properti kosong yang tidak bisa disewakan. Kalau sudah begitu,
harga jual kembalinya juga pasti akan turun,” ucapnya.
Baca juga: Masa Pandemi Virus, Momentum Emas bagi Millennial untuk Beli
Properti
Tantangan selanjutnya, yakni pemasaran. Sebab, Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB) yang diterapkan berbagai daerah di Indonesia
membuat kegiatan masyarakat di luar rumah menjadi terbatas.
Hal itu pun memengaruhi cara kerja agen-agen properti. Jika biasanya
aktivitas pemasaran dilakukan secara konvensional, seperti visit show
unit rumah, selama PSBB kegiatan itu tidak bisa lagi dilakukan.
Ilustrasi pemasaran properti secara daring
Lihat Foto
Ilustrasi pemasaran properti secara daring(VECTORFUSIONART)
Menurut Daniel, kondisi tersebut kemudian menuntut para agen untuk
berinovasi dan lebih kreatif dalam melakukan pemasaran. Agen-agen
properti mau tidak mau harus mengubah sistem kerja mereka.
Untuk menjawab tantangan tersebut, Century 21 bergerak cepat dengan
mengedukasi agen-agennya terkait sistem kerja yang cocok selama masa
PSBB.
“Saat awal pandemi corona, di mana permintaan pasar mengalami penurunan,
Century 21 justru memanfaatkannya untuk memberikan edukasi kepada
agen,” terang Daniel.
Materi-materi yang diberikan, yakni pemasaran secara daring,
mempromosikan diri di media sosial, hingga beriklan di portal properti.
Jadi, kata Daniel, ketika ekonomi sudah mulai berjalan lagi, para agen
bisa langsung memulai pekerjaan mereka.
Memanfaatkan teknologi
Tidak hanya pelatihan, Century 21 juga membekali agen-agennya dengan
aplikasi One21. Aplikasi ini merupakan sistem operasi terintegrasi yang
dikembangkan khusus untuk para agen properti Century 21.
Daniel mengungkapkan, aplikasi tersebut ibarat sebuah kantor dengan
puluhan hingga ratusan agen yang bernanung di bawahnya. Melalui aplikasi
tersebut, para agen bisa saling mengakses daftar properti (listing) dan
berkolaborasi.
“Setiap ada listing properti baru, otomatis akan diperbarui secara real
time, sehingga teman-teman dalam satu kantor akan punya akses ke listing
itu. Istilahnya satu listing ‘dikeroyokin’ sama teman sekantor,”
terangnya.
Dengan begitu, peluang closing bisa meningkat hingga 5 kali lipat
dibandingkan dengan menggunakan cara konvensional.
Daniel menambahkan, di masa PSBB saat ini pun, aplikasi tersebut akan
sangat membantu pekerjaan agen. Mereka tetap bisa melakukan pekerjaan,
tanpa harus pergi ke kantor.
Di masa pandemi corona, Century 21 pun menyadari banyak masyarakat yang
terpaksa harus kehilangan pekerjaannya. Oleh karena itu, Century 21
membuka kesempatan sebesar-besarnya bagi siapa saja untuk bergabung dan
memulai usaha pemasaran properti.
Nantinya, agen-agen yang baru bergabung akan diberikan pelatihan secara
cuma-cuma dan dilengkapi pula dengan aplikasi One21.
Manfaat lain yang akan didapatkan, yaitu perlindungan berupa dana
pensiun dan asuransi jiwa bagi setiap agen dengan nilai pertanggungan
hingga Rp 1 miliar yang dapat diwariskan kepada keluarganya.
“Kami menyadari, profesi agen properti merupakan pekerjaan profesional
yang memiliki risiko. Selain itu, jika terjadi suatu hal pada agen,
bisnisnya tidak bisa dengan mudah diwariskan ke keluarganya. Risiko
itulah yang ingin kami minimalisir,” papar Daniel.
Artikel ini telah tayang di
Kompas.com dengan judul "Optimisme Bisnis Properti di Tengah Gempuran Wabah Covid-19",
https://properti.kompas.com/read/2020/06/10/070800221/optimisme-bisnis-properti-di-tengah-gempuran-wabah-covid-19.
Penulis : Anissa Dea Widiarini
Editor : Agung Dwi E